About Me

header ads

Menyusuri Rak dan Sunyi: Mencari Ide di Perpustakaan Pusat UPS

Saatnya tilik Perpustakaan Pusat UPS Kota Tegal

Dari Profesional Hipnoterapi ke Peneliti Pendidikan: Jalan Sunyi Merumuskan Tesis

Sebagai seorang praktisi hipnoterapi profesional, saya sebenarnya sudah cukup lama menyimpan ketertarikan mendalam terhadap fenomena yang saya rumuskan sendiri sebagai Embuhisme—sebuah konsep spiritual dan filosofis yang lahir dari realitas klien dan praktik keseharian saya di dunia hipnoterapi. Sejak awal menempuh pendidikan magister, niat saya sudah jelas: ingin menyusun tesis tentang Embuhisme, menyelami maknanya, dan menyusun landasan teoritisnya secara akademik.

Namun, dalam perjalanan konsultasi awal bersama dosen pembimbing, saya mulai memahami bahwa penelitian akademik di ranah pendidikan harus tetap berpijak pada kerangka ilmiah yang jelas dan relevan dengan dunia pendidikan formal maupun nonformal. Di titik inilah saya merasa mendapat “pesan”—sebuah arah baru yang tidak serta-merta menguburkan niat awal saya, tapi justru menggiringnya ke jalur yang lebih tepat dan produktif: mengaitkan gagasan Embuhisme dengan pendidikan kesadaran, nilai-nilai afektif, serta pembelajaran berbasis refleksi dan mindfulness.

Untuk memperkuat gagasan itu, saya pun melangkahkan kaki ke Perpustakaan Pusat UPS Kota Tegal. Saya merasa perlu mencari bahan referensi tambahan, memperluas cakrawala teoritis, sekaligus menguji sejauh mana ide awal saya dapat dikontekstualisasikan secara akademik.

Buat Kartu Perpustakaan

Langkah pertama saya adalah membuat kartu perpustakaan—sebuah tanda resmi untuk menyatu dengan dunia literasi kampus. Petugas yang ramah membantu saya menyelesaikan administrasi dengan cepat, lalu saya pun mulai menyusuri rak demi rak.

Suasana tenang di perpustakaan sangat mendukung proses kontemplasi. Saya menyebutnya sebagai bentuk “semedi akademik”—bukan dalam arti mistis, tetapi sebagai momen hening intelektual, di mana saya membiarkan pikiran menelusuri relung pengetahuan dan merefleksikan pengalaman profesional saya melalui kacamata ilmiah.


Berbagai buku tentang psikologi pendidikan, komunikasi transformatif, motivasi belajar, serta metode pembelajaran berbasis nilai dan afeksi saya telusuri. Tak lupa pula saya membaca beberapa hasil tesis terdahulu, sebagai pembanding untuk menguatkan arah yang saya ambil.

Tiba-tiba saya menyadari, mungkin inilah cara paling tulus untuk mempertemukan dunia praktik saya sebagai hipnoterapis dengan jalur akademik sebagai pendidik—melalui tesis yang membumi, kontekstual, dan bermakna.

Dari sinilah muncul ide menarik: bagaimana jika pendekatan olah pikir dalam hipnoterapi, khususnya keterampilan membangun sugesti positif dan komunikasi bawah sadar, dikolaborasikan dengan metode pembelajaran? Maka, muncullah gagasan tentang hypnoteaching—yakni pendekatan mengajar yang mengadaptasi prinsip-prinsip dasar hypnosis untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, memotivasi, dan mampu menjangkau dimensi afektif siswa secara lebih mendalam.

Melalui proses ini, saya merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana guru dapat mengaplikasikan teknik-teknik hypnosis ke dalam pembelajaran. Fokus utamanya adalah membantu siswa dalam menangkap dan memahami materi pelajaran dengan lebih bahagia dan bermakna. Gagasan ini bukan hanya menjadi jembatan antara dunia hipnoterapi dan pendidikan, tetapi juga memperkuat semangat pendidikan karakter dan penguatan profil pelajar Pancasila melalui pendekatan yang lebih humanis dan inspiratif.


📚 Perjalanan akademik terkadang tidak mengikuti garis lurus. Ia berliku, mengajak kita mendengarkan kembali pengalaman, mengendapkannya dalam sunyi, lalu menyusunnya menjadi gagasan yang matang dan bermakna. Perpustakaan hanyalah tempat, tapi bagi pencari, ia bisa menjadi titik temu antara idealisme dan kenyataan.