![]() |
| Dokpri Aziz Amin | Wong Embuh |
Landasan Teori Hypnoteaching
Pendekatan hypnoteaching
dalam pembelajaran berdiri di atas fondasi teori-teori psikologi belajar dan
strategi komunikasi sugestif yang relevan dengan karakteristik peserta didik
jenjang pendidikan dasar. Pendekatan ini dirancang untuk menjawab kebutuhan
pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek kognitif, tetapi juga
menjangkau dimensi afektif dan emosional siswa secara holistik.
Strategi hypnoteaching
mengintegrasikan teknik afirmasi positif, relaksasi, visualisasi, serta
penguatan verbal sebagai metode untuk menciptakan suasana belajar yang lebih
reseptif, mendukung, dan bermakna secara psikologis. Untuk memperkuat dasar
ilmiahnya, pendekatan ini dikaitkan dengan lima teori utama dalam psikologi
pendidikan: kondisioning klasik, kondisioning operan, self-affirmation, dual
coding, dan self-efficacy.
a.
Keterkaitan
Teori Psikologi dengan Strategi Hypnoteaching
Tabel 2.1. Keterkaitan Teori Psikologi dengan Strategi Hypnoteaching
|
Konsep Inti |
Penerapan dalam Hypnoteaching |
Sumber |
|
|
Kondisioning Klasik (Pavlov) |
Respons terbentuk melalui asosiasi stimulus dan respons |
Guru mengulang afirmasi seperti “Belajar itu menyenangkan”
untuk membentuk asosiasi positif |
Triwidia Jaya |
|
Kondisioning Operan (Skinner) |
Perilaku diperkuat melalui penguatan positif |
Guru memberi pujian atas usaha siswa sebagai penguatan terhadap
perilaku belajar aktif |
Hakim & Hariawan (2017: 38) |
|
Nama Teori |
Konsep Inti |
Penerapan dalam Hypnoteaching |
Sumber |
|
Self-Affirmation (Steele) |
Afirmasi menjaga citra diri dan mengurangi kecemasan |
Guru menyampaikan pernyataan positif seperti “Kamu mampu” untuk
memperkuat keyakinan diri siswa |
Rahma & Neviyarni (2021: 9) |
|
Dual Coding (Paivio) |
Informasi diproses lebih kuat secara verbal dan visual |
Guru menggabungkan visualisasi keberhasilan dengan narasi sugestif |
Jensen & McConchie |
|
Self-Efficacy (Bandura) |
Keyakinan diri memengaruhi usaha dan keberhasilan dalam belajar |
Guru menanamkan sugesti seperti “Saya yakin kamu bisa” untuk
meningkatkan kepercayaan diri siswa |
Yulianto |
b. Penjabaran Teoretis
1) Kondisioning Klasik, Ivan Pavlov
Teori ini menjelaskan bahwa asosiasi berulang antara
stimulus tertentu dan respons yang diharapkan akan menciptakan reaksi otomatis.
Dalam konteks hypnoteaching, afirmasi
seperti “Belajar itu menyenangkan”
diulang dalam kondisi kelas yang tenang, sehingga siswa mulai mengasosiasikan
aktivitas belajar dengan perasaan positif (Triwidia Jaya, 2010: 45).
2) Kondisioning Operan, B.F. Skinner
Skinner berpendapat bahwa perilaku dapat diperkuat melalui reinforcement
(penguatan). Guru yang memberikan penghargaan atas usaha siswa, seperti pujian
verbal atau simbol apresiasi, akan memperkuat partisipasi aktif dan membentuk
kebiasaan belajar yang positif (Hakim & Hariawan, 2017: 38).
3) Self-Affirmation, Claude Steele
Teori ini menekankan bahwa afirmasi positif mampu melindungi
citra diri dan mengurangi tekanan psikologis. Dalam pembelajaran, pernyataan
seperti “Kamu mampu menyelesaikan ini” membantu siswa mengelola kecemasan dan
memperkuat integritas psikologis mereka (Rahma & Neviyarni, 2021: 9).
4) Dual Coding, Allan Paivio
Paivio menjelaskan bahwa pemrosesan informasi lebih efektif
jika melibatkan dua jalur representasi: verbal dan visual. Dalam hypnoteaching,
guru membimbing siswa membayangkan keberhasilan sambil memberikan sugesti
verbal yang memperkuat retensi dan pemahaman (Jensen & McConchie, 2020:
66).
5) Self-Efficacy, Albert Bandura
Konsep ini menekankan pentingnya keyakinan individu terhadap
kemampuannya sendiri. Sugesti verbal yang diberikan guru seperti “Saya yakin
kamu bisa memahami ini” berperan penting dalam menumbuhkan motivasi dan
keberanian siswa menghadapi tantangan belajar (Yulianto, 2024: 26).









