About Me

header ads

BAB II KAJIAN TEORI : Landasan Teori Hypnoteaching

Dokpri Aziz Amin | Wong Embuh

Landasan Teori Hypnoteaching

Pendekatan hypnoteaching dalam pembelajaran berdiri di atas fondasi teori-teori psikologi belajar dan strategi komunikasi sugestif yang relevan dengan karakteristik peserta didik jenjang pendidikan dasar. Pendekatan ini dirancang untuk menjawab kebutuhan pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek kognitif, tetapi juga menjangkau dimensi afektif dan emosional siswa secara holistik.

Strategi hypnoteaching mengintegrasikan teknik afirmasi positif, relaksasi, visualisasi, serta penguatan verbal sebagai metode untuk menciptakan suasana belajar yang lebih reseptif, mendukung, dan bermakna secara psikologis. Untuk memperkuat dasar ilmiahnya, pendekatan ini dikaitkan dengan lima teori utama dalam psikologi pendidikan: kondisioning klasik, kondisioning operan, self-affirmation, dual coding, dan self-efficacy.

a.      Keterkaitan Teori Psikologi dengan Strategi Hypnoteaching

Tabel 2.1. Keterkaitan Teori Psikologi dengan Strategi Hypnoteaching

Nama Teori

Konsep Inti

Penerapan dalam Hypnoteaching

Sumber

Kondisioning Klasik (Pavlov)

Respons terbentuk melalui asosiasi stimulus dan respons

Guru mengulang afirmasi seperti “Belajar itu menyenangkan” untuk membentuk asosiasi positif

Triwidia Jaya
(2010: 45)

Kondisioning Operan (Skinner)

Perilaku diperkuat melalui penguatan positif

Guru memberi pujian atas usaha siswa sebagai penguatan terhadap perilaku belajar aktif

Hakim & Hariawan (2017: 38)

Nama Teori

Konsep Inti

Penerapan dalam Hypnoteaching

Sumber

Self-Affirmation (Steele)

Afirmasi menjaga citra diri dan mengurangi kecemasan

Guru menyampaikan pernyataan positif seperti “Kamu mampu” untuk memperkuat keyakinan diri siswa

Rahma & Neviyarni (2021: 9)

Dual Coding (Paivio)

Informasi diproses lebih kuat secara verbal dan visual

Guru menggabungkan visualisasi keberhasilan dengan narasi sugestif

Jensen & McConchie
(2020: 66)

Self-Efficacy (Bandura)

Keyakinan diri memengaruhi usaha dan keberhasilan dalam belajar

Guru menanamkan sugesti seperti “Saya yakin kamu bisa” untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa

Yulianto
(2024: 26)

b.     Penjabaran Teoretis

1)     Kondisioning Klasik, Ivan Pavlov

Teori ini menjelaskan bahwa asosiasi berulang antara stimulus tertentu dan respons yang diharapkan akan menciptakan reaksi otomatis. Dalam konteks hypnoteaching, afirmasi seperti “Belajar itu menyenangkan” diulang dalam kondisi kelas yang tenang, sehingga siswa mulai mengasosiasikan aktivitas belajar dengan perasaan positif (Triwidia Jaya, 2010: 45).

2)     Kondisioning Operan, B.F. Skinner

Skinner berpendapat bahwa perilaku dapat diperkuat melalui reinforcement (penguatan). Guru yang memberikan penghargaan atas usaha siswa, seperti pujian verbal atau simbol apresiasi, akan memperkuat partisipasi aktif dan membentuk kebiasaan belajar yang positif (Hakim & Hariawan, 2017: 38).

3)     Self-Affirmation, Claude Steele

Teori ini menekankan bahwa afirmasi positif mampu melindungi citra diri dan mengurangi tekanan psikologis. Dalam pembelajaran, pernyataan seperti “Kamu mampu menyelesaikan ini” membantu siswa mengelola kecemasan dan memperkuat integritas psikologis mereka (Rahma & Neviyarni, 2021: 9).

4)     Dual Coding, Allan Paivio

Paivio menjelaskan bahwa pemrosesan informasi lebih efektif jika melibatkan dua jalur representasi: verbal dan visual. Dalam hypnoteaching, guru membimbing siswa membayangkan keberhasilan sambil memberikan sugesti verbal yang memperkuat retensi dan pemahaman (Jensen & McConchie, 2020: 66).

5)     Self-Efficacy, Albert Bandura

Konsep ini menekankan pentingnya keyakinan individu terhadap kemampuannya sendiri. Sugesti verbal yang diberikan guru seperti “Saya yakin kamu bisa memahami ini” berperan penting dalam menumbuhkan motivasi dan keberanian siswa menghadapi tantangan belajar (Yulianto, 2024: 26).