About Me

header ads

BAB II KAJIAN TEORI : Konsep Dasar Hypnoteaching

Dokpri : Ngampus 

Konsep Dasar Hypnoteaching

Hypnoteaching merupakan pendekatan pembelajaran yang menggabungkan teknik komunikasi sugestif, relaksasi, afirmasi positif, dan visualisasi mental untuk menciptakan kondisi belajar yang optimal secara emosional dan psikologis. Tujuan utama metode ini adalah mengondisikan siswa dalam keadaan mental yang lebih tenang, terbuka, dan siap menerima informasi, sehingga potensi belajar, khususnya dari sisi afektif, dapat dioptimalkan (Triwidia Jaya, 2010: 45; Yulianto, 2024: 26).

Menurut Triwidia Jaya (2010), hypnoteaching tidak bertujuan untuk "menghipnosis" siswa dalam arti mengendalikan pikiran, melainkan menciptakan suasana pembelajaran yang memberdayakan melalui teknik verbal dan nonverbal yang sugestif. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator yang mampu membimbing siswa memasuki kondisi gelombang otak alfa (8–12 Hz), yaitu keadaan di mana pikiran berada dalam fokus ringan dan relaksasi, namun tetap sadar. Kondisi ini dianggap ideal untuk pembelajaran karena dapat menurunkan hambatan emosional seperti stres, ketakutan, atau rasa malu, dan mendorong keterlibatan psikologis siswa secara utuh.

Pendekatan ini memperluas pembelajaran dari ranah kognitif ke ranah afektif dengan membangun semangat belajar, kepercayaan diri, serta kedekatan emosional siswa dengan proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, dan mandiri.

Efektivitas hypnoteaching dalam meningkatkan motivasi belajar telah dibuktikan melalui berbagai penelitian. Goni (2022: 176) menemukan bahwa penerapan hypnoteaching mampu meningkatkan minat dan partisipasi belajar siswa sekolah dasar. Penelitian oleh Akmaliyah dan Asyah (2021) menunjukkan bahwa metode ini tidak hanya mendorong keterlibatan kognitif, tetapi juga meningkatkan semangat belajar dan rasa percaya diri siswa secara signifikan.

Selain teknik dasar tersebut, hypnoteaching menjadi semakin efektif ketika dikombinasikan dengan pendekatan bahasa positif. Bahasa positif mengacu pada penggunaan kata, kalimat, dan ekspresi yang membangun, suportif, dan memperkuat kepercayaan diri siswa. Guru yang menggunakan komunikasi positif dapat menciptakan suasana kelas yang lebih nyaman, aman secara psikologis, dan mendukung pertumbuhan motivasi intrinsik. Menurut Rosyada, Widyastuti, dan Ramadhianti (2018: 244), penggunaan bahasa positif dapat membentuk lingkungan belajar yang inklusif dan mengurangi hambatan emosional siswa dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian, sinergi antara hypnoteaching dan bahasa positif menawarkan pendekatan pembelajaran yang komprehensif dan humanistik. Guru tidak hanya dituntut menyampaikan materi, tetapi juga mengelola suasana kelas dan kondisi emosional siswa melalui strategi komunikasi dan pendekatan sugestif yang membangun. Pendekatan ini sangat relevan diterapkan dalam konteks madrasah ibtidaiyah, seperti Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Tegal, yang menekankan keseimbangan antara penguasaan akademik dan pembentukan karakter.

Oleh karena itu, dalam konteks penelitian ini, hypnoteaching berbasis bahasa positif dipandang sebagai pendekatan yang strategis untuk dikembangkan ke dalam bentuk buku pedoman penyusunan modul ajar, yang bersifat fleksibel dan dapat diadaptasikan dengan kebutuhan guru dan kurikulum. Buku ini diharapkan menjadi solusi praktis bagi guru dalam membangun pembelajaran yang inspiratif, komunikatif, dan menyentuh aspek emosional siswa dalam meningkatkan motivasi belajar di tingkat sekolah dasar.