![]() |
| Gambar : Dokpri Griya Hipnoterapi MPC |
Foto sederhana ini bagi saya sebuah catatan sejarah menarik yang akan selalu menjadi kenangan (20/09/2025), foto ini diambil di Griya Hipnoterapi MPC saat bersiap menuju Yudisium Pascasarjana UPS Kota Tegal menjadi saksi perjalanan panjang yang ternyata begitu singkat: tiga semester. Padahal secara aturan, jenjang Magister Pedagogi ditempuh dalam empat semester. Namun, jalan yang penuh dinamika, kerja keras, doa, dan restu banyak pihak, mengantarkan saya menyelesaikan kuliah lebih cepat dari yang seharusnya.
Tentu bukan sekadar soal waktu. Di baliknya, ada perjalanan batin yang penuh filosofi. Penelitian saya tentang Pengembangan Modul Ajar Hypnoteaching Berbasis Bahasa Positif adalah wujud kecil dari upaya menghadirkan pendidikan yang tidak sekadar mentransfer ilmu, melainkan juga menumbuhkan kesadaran, motivasi, dan energi positif dalam diri peserta didik. Hypnoteaching dengan bahasa positif bukan hanya strategi mengajar, tetapi sebuah ajakan untuk menumbuhkan harapan.
Sebagai Wong Embuh dan dalam konsep berfikir Embuhisme menemukan maknanya. Filsafat “embuh” mengajarkan kelapangan hati, melepas beban yang tak perlu, dan menjalani proses tanpa terjebak pada tuntutan yang berlebihan. “Embuh” bukan menyerah, melainkan menerima setiap proses dengan jernih, ikhlas, dan ringan, sehingga energi dapat diarahkan pada pencapaian yang lebih bermakna. Mungkin inilah yang membuat perjalanan tiga semester terasa mengalir, bukan berlari, melainkan berjalan penuh kesadaran.
Saya merasakan uura bahagia dan rasa syukur tak bisa disembunyikan. Bahagia karena langkah ini akhirnya sampai pada satu titik, syukur karena setiap tahap adalah hadiah. Saya menyadari bahwa kuliah ini bukan akhir, melainkan pintu baru menuju perjalanan lebih luas.
Foto persiapan yudisium itu mungkin hanya selembar gambar, namun bagi saya ia adalah simbol: bahwa setiap langkah, sekecil apapun, bila ditempuh dengan hati yang tulus, bisa menjadi tanda dari sebuah perjalanan spiritual sekaligus akademis. Dan di sanalah pendidikan menemukan ruhnya—antara kerja keras, doa, syukur, dan filosofi hidup yang sederhana: Embuhisme.









