
Dokpri : Kuliah sambil playonan
Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Motivasi belajar merupakan faktor
psikologis yang sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan, khususnya
pada jenjang sekolah dasar. Siswa dengan motivasi belajar tinggi cenderung menunjukkan
sikap aktif, tekun, dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Motivasi belajar tidak hanya ditentukan oleh dorongan internal siswa, seperti
minat dan sikap terhadap pelajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti lingkungan belajar dan metode pengajaran yang digunakan oleh
guru (Sardiman, 2018: 75; Rahman, 2021: 289).
Pada siswa kelas V sekolah dasar,
proses belajar berada dalam tahap perkembangan kognitif dari fase
konkret-operasional menuju formal-operasional sebagaimana dikemukakan oleh Piaget.
Dalam tahap ini, siswa mulai mampu berpikir logis terhadap konsep yang lebih
abstrak, namun tetap membutuhkan stimulus yang sesuai agar perkembangan
kognitif dan emosionalnya optimal (Marinda, 2020: 118). Jika transisi ini tidak
diimbangi dengan pendekatan pembelajaran yang mendukung, maka dapat timbul
hambatan seperti kebosanan, penurunan minat, dan keterlibatan yang rendah dalam
proses pembelajaran.
Kondisi demikian menunjukkan bahwa
pendekatan pembelajaran yang selama ini dominan, yakni yang berfokus pada aspek
kognitif, belum cukup menyentuh aspek afektif siswa secara menyeluruh.
Pembelajaran yang hanya menekankan pada penguasaan materi cenderung mengabaikan
kebutuhan emosional peserta didik, seperti keterlibatan, semangat, dan rasa
percaya diri (Disriani & Habibi, 2023: 127). Oleh karena itu, diperlukan
strategi pembelajaran yang lebih humanistik dan komunikatif, serta mampu
membangkitkan motivasi intrinsik melalui pengalaman belajar yang menyenangkan
dan memberdayakan.
Salah satu pendekatan yang relevan
untuk menjawab tantangan tersebut adalah hypnoteaching,
yakni metode pembelajaran yang menggabungkan komunikasi sugestif, penggunaan
bahasa positif, dan teknik relaksasi untuk menciptakan suasana belajar yang
kondusif dan memotivasi (Triwidia Jaya, 2010: 45; Yulianto, 2024: 26). Hypnoteaching
memungkinkan terciptanya hubungan emosional yang positif antara guru dan
siswa, serta mengondisikan pikiran bawah sadar siswa agar lebih terbuka dan
siap menerima materi pelajaran (Rahma & Neviyarni, 2021: 9).
Efektivitas pendekatan ini telah
dibuktikan melalui berbagai penelitian. Goni (2022) dan Oktaladi, Ismail, &
Aeni (2024) menemukan bahwa penggunaan metode hypnoteaching mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa
secara signifikan dalam konteks pendidikan dasar. Pendekatan ini memungkinkan
guru membangun suasana kelas yang lebih tenang, empatik, dan komunikatif.
Namun demikian, hingga saat ini
pengembangan hypnoteaching dalam
bentuk modul pembelajaran yang sistematis dan kontekstual masih terbatas,
terutama di lingkungan madrasah ibtidaiyah. Padahal, integrasi hypnoteaching dengan prinsip bahasa positif dapat menjadi strategi
yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Bahasa positif yang
digunakan dalam pembelajaran mampu membangkitkan semangat, menumbuhkan
kepercayaan diri, dan menciptakan rasa aman secara emosional. Menurut Rosyada,
Widyastuti, & Ramadhianti (2018), penggunaan bahasa yang suportif dan
konstruktif dalam proses belajar dapat meningkatkan efektivitas komunikasi
guru-siswa dan memperkuat keterlibatan peserta didik.
Dengan demikian, pengembangan modul hypnoteaching
berbasis bahasa positif menjadi solusi yang strategis dalam mendukung
peningkatan motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Kota
Tegal. Modul ini tidak hanya dirancang untuk membantu guru dalam menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan komunikatif, tetapi juga untuk membentuk
karakter dan kepercayaan diri siswa melalui pendekatan yang menyentuh aspek
afektif secara menyeluruh.








